Jika Anak anda Susah Makan

>> Kamis, 11 Maret 2010

BATITA yang mogok/susah makan kerap membuat orang tua kehabisan akal. Segala cara sudah dicoba, tetapi yang ditemui justru jalan buntu. Sebenarnya apa sih dalang dari masalah makan pada anak? Menjelaskan fenomena anak susah makan bisa dibilang gampang-gampang susah. “Ah mungkin sedang masanya” atau ”lagi bosan dengan menunya kali…”. Menginjak usia batita semangat bereksplorasi si kecil meningkat, seringkali makan menjadi aktivitas kurang menyenangkan dibanding bermain. Coba terapkan pola rutin, ada waktu bermain, ada waktu makan, ada pula waktu tidur.

Sayangnya tak semua masalah kesulitan makan sesederhana itu, jika jurus praktis untuk menghadapi aksi mogok makan si kecil menemui jalan buntu, kemungkinan besar ada penyebab medis dari kondisi ini. Biang keladi yang sering ditemui adalah hilangnya napsu makan akibat gangguan pencernaan. Amatilah keseharian si kecil, apakah sering mengalami :

  • Perut kembung
  • Cegukan
  • Sering buang angin
  • Muntah atau mual bila disuapin makanan
  • Nyeri perut sesaat yang hilang timbul

Ini kerap disertai gangguan perilaku seperti aktif berlebihan, gangguan tidur malam dan gangguan konsentrasi. Tak jarang terdapat gangguan kesehatan gigi, sariawan dan gusi berdarah. Yang tak kalah pentingnya amatilah apakah si kecil mengalami gangguan gerakan mengigit, mengunyah dan menelan, dengan cara ketika anak muntah amati apakah makanan yang tadi dimakan masih utuh, jika ya, tandanya si kecil mengalamani kesulitan mengunyah dengan sempurna.

Meski lebih kecil pengaruhnya faktor psikologis juga mempengaruhi napsu makan anak. Misal orang tua terlalu protektif atau pemarah, keluarga tidak harmonis.

Lantas, bagaimana pemecahan yang bisa kita lakukan:

  1. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan.
  2. Carilah penyebab kenapa si kecil kesulitan makan.
  3. Identifikasi apakah ada komplikasi yang terjadi.
  4. Berikan pengobatan terhadap penyebabnya.
  5. Bila penyebabnya gangguan saluran cerna, hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Read more...

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah

MENENTUKAN pasangan hidup memang gampang-gampang susah. Cinta, kesiapan mental dan materi saja tak cukup untuk menjadi modal melangsungkan pernikahan. Keterbukaan tentang riwayat kesehatan calon suami dan istri pun penting untuk menghindari timbulnya kekecewaan dan kemarahan di kemudian hari. Hal ini karena pada kenyataannya, tidak sedikit persoalan rumah tangga yang timbul belakangan akibat masalah kesehatan. Indahnya masa berpacaran, baik singkat maupun lama, kadang menutupi sifat dan kondisi, termasuk soal kesehatan masing-masing pihak yang sebenarnya. Karena itu, pemeriksaan kesehatan pranikah perlu untuk membentuk keluarga yang sehat sejahtera.

Sayangnya menurut Pramugari Widyastuti, psikolog dan konsultan perkawinan, kesadaran untuk memeriksakan kesehatan sebelum menikah sebagai pasangan calon suami istri masih kurang lumrah di Indonesia. Hal ini karena mereka kurang menyadari dampak dari aspek kesehatan terhadap kebahagiaan perkawinan. “Hal-hal kecil yang berkaitan dengan masalah fisik, kalau bermasalah bisa mengganggu hubungan suami istri dalam rumah tangga lho,” tambah Pramugari.

Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan sebelum menikah disebabkan berbagai hal. Kurangnya sosialisasi dan kuatnya pengaruh budaya serta dogma agama masih menjadi kendala, misalnya pandangan yang mengatakan bahwa jodoh ditentukan oleh Tuhan, jadi apapun risikonya harus dihadapi dan disyukuri. Selain itu, tes kesehatan semacam itu dianggap hanya akan menambah daftar kesibukan dan kerepotan menjelang pernikahan. Belum lagi anggapan bahwa pemeriksaan kesehatan hanyalah pemborosan karena memakan biaya yang tidak sedikit. Untuk pemeriksaan lengkap saja, calon pasangan suami istri rata-rata harus mengeluarkan uang diatas Rp500 ribu.

Ketakutan akan batalnya pernikahan setelah hasil pemeriksaan kesehatan turut berperan menyebabkan tidak banyaknya pasangan calon suami istri yang melakukan uji kesehatan sebelum menikah. “Secara psikologis, manusia paling takut ditolak,” kata pramugari. Padahal pemeriksaan kesehatan sebelum menikah berguna untuk menilai kesehatan pasangan, baik secara umum maupun khusus, akan ada atau tidaknya risiko atau kelainan kesehatan yang bisa membahayakan pasangan tersebut dan keturunan mereka kelak. “Pernikahan itu untuk menghasilkan generasi penerus yang jauh lebih sehat daripada generasi sebelumnya,” kata dr. Boyke Dian Nugraha, ginekolog dari Klinik Pasutri.

Pemeriksaan sebelum menikah meliputi pemeriksaan fisik akan ada atau tidaknya penyakit infeksi maupun penyakit keturunan yang dapat ditularkan atau diturunkan. “Pemeriksaan itu untuk mempersiapkan diri calon pasangan suami istri dari awal kalau ada apa-apa pada kesehatan mereka,” tambah dr. Boyke. Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya karena penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan jauh-jauh hari. Misalnya, setelah menikah, ternyata istri mengalami keguguran karena virus toksoplasma yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu.

Penyakit menular seperti tuberkulosis, hepatitis, sifilis dan gonore (GO) pun bisa ditemukan pada kedua pasangan atau salah satunya dapat diobati sampai sembuh total sebelum pernikahan, sehingga risiko penyakit akan menulari pasangan dapat berkurang.

Mereka yang membawa gen penyakit atau kelainana yang dapat diturunkan seperti diabetes mellitus, asma, dan penyakit-penyakit kelainan darah, dianjurkan untuk berhati-hati dan menjaga faktor pencetus penyakit supaya tidak memunculkan penyakit yang dibawa. Mereka menyiapkan diri untuk menerima keadaan kalau keturunan mereka kelak menderita penyakit tertentu, misalnya asma karena kedua orang tuanya sama-sama mempunyai gen asma.

Riwayat penyakit dan kecenderungan gangguan kesehatan dalam keluarga juga merupakan hal yang perlu didiskusikan sebelum memutuskan menikah. Hal ini karena secara medis dapat meningkatkatkan risiko bagi keturunan mereka nanti. Pemeriksaan kesehatan pranikah akan mendeteksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi setelah pernikahan, misalnya apakah ada kemungkinan keturunan mereka akan menderita diabetes mellitus, hemofilia, thalasemia, atau bahkan keterbelakangan mental.

Pemeriksaan kesehatan pranikah juga dapat mengungkapkan apakah ada ketidakcocokan rhesus darah yang dapat berakibat fatal pada bayi yang kelak akan dilahirkan. Perbedaan golongan darah tertentu bisa membahayakan janin. Misalnya, ibu bergolongan darah O, sementara janinnya memiliki golongan darah A atau B, maka bisa menimbulkan keguguran karena terjadi penolakan dari antibodi ibu terhadap antigen yang terdapat dalam darah janin tersebut.

Selain itu, pemeriksaan kesehatan juga dapat diarahkan untuk memeriksa kesehatan reproduksi. “Makanya pemeriksaan biasanya ditambah dengan pemeriksaan yang meliputi kesehatan reproduksi, serta pemeriksaan alat kelamin calon suami dan istri,” tutur dr. Boyke. Pada wanita, dilakukan pemeriksaan USG untuk memeriksa apakah ada kista atau tidak dalam kandungan. Pada laki-laki, jika dianggap perlu, juga dilakukan pemeriksaan untuk mengungkapkan apakah calon suami mempunyai cukup sperma atau tidak. Selain itu, juga bisa dilakukan pemeriksaan analisis sperma untuk mengetahui kualitas sperma pasangan.

Idealnya, pemeriksaan kesehatan dilakukan enam bulan sebelum pernikahan. Sehingga kalau ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit tertentu, masih ada waktu untuk melakukan pengobatan terlebih dahulu. Dan seandainya terdeteksi penyakit keturunan pun, calon suami istri masih memiliki kesempatan untuk berpikir masak-masak apakah tetap akan melangsungkan pernikahan atau tidak. Namun pemeriksaan yang dilakukan tiga bulan sebelumnya juga oke. Bahkan, ada juga yang melakukan mendadak, sebulan sebelumnya. Yang penting, dilakukan sebelum menikah, ungkap dr. Boyke.

Meski dari pemeriksaan ditemukan adanya penyakit yang membahayakan keturunan, seperti gangguan darah, thalasemia, leukimia, diabetes mellitus, kanker atau HIV/AIDS sekalipun, kesepakatan untuk menikah tetap menjadi hak mutlak calon pasangan. Dokter hanya akan memberikan gambaran tentang resiko yang akan dihadapi pasangan dan keturunannya.

Bila hasil pemeriksaan kesehatan ternyata menggoyahkan jalinan cinta yang telah dibina, tentu saja yang patut disalahkan bukanlah pemeriksaan kesehatan itu, melainkan diri sendiri. Karena hal itu membuktikan bahwa calon pasangan belum siap 100% untuk menikah. ”Sekalian untuk menguji kadar cinta dan melihat apakah semata-mata rasa sentimental saja ataukah cinta yang dilandasi kebijaksanaan. Melestarikan hubungan, tidak cukup hanya dengan saling menyayangi saja. Kalau pasangan kita berubah, kita juga harus punya cukup kearifan untuk menerimanya, tidak menghakimi, mengucilkan dia, tapi membiarkan segalanya berjalan sesuai proses,” kata Pramugari.

PROSEDUR PEMERIKSAAN

Langkah-langkah melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah mudah sajadan tidak merepotkan.

· Datangi dokter puskesmas ataupun dokter umum, tidak perlu spesialis, untuk berkonsultasi.

· Biasanya akan dilakukan wawancara singkat seputar riwayat kesehatan yang bertujuan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita, riwayat kesehatan anggota keluarga, juga keadaan lingkungan sekitar dan kebiasaan sehari-hari.

· Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan fisik dan tanda-tanda fisik dari penyakit tertentu.

· Menjalani rangkaian tes radiologi dan laboratorium.


PEMERIKSAAN YANG PENTING SEBELUM MENIKAH

· Pemeriksaan riwayat kesehatan

· Pemeriksaan fisik

· Pemeriksaan rongen paru-paru

· Pemeriksaan ECG (untuk jantung)

· Tes darah lengkap (hemoglobin, patelet, ESR/laju endap darah), golongan darah dan rhesus, complete blood count (termasuk darah putih), MCV/MCH/MCHC (untuk mengetahui hubungan antar sel-sel darah)

· Pemeriksaan lab. TORCHS (untuk penyakit toksoplasma, rubella, herpes)

· Pemeriksaan gula darah

· HbsAg dan TPHA (untuk penyakit menular seksual)

· Widal (untuk penyakit tipus)

· Pap. TB (untuk penyakit tuberkulosis)

· Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal

· Pemeriksaan urin dan tinja lengkap

· Tumor maker (bagi mereka yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga)

· Vaksinasi hepatitis B (dua bulan sebelum menikah)

· Vaksinasi Antitetanus (tetanus toksoid) bagi wanita (dua bulan sebelum menikah)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP