Mencintai Untuk Saling Menyakiti
>> Kamis, 19 Agustus 2010
Sadarkah Anda bahwa pasangan saling mencintai cenderung sering saling menyakiti? Salma Prabhu, seorang psikolog asal India mencoba menjelaskan.
Salma mengatakan, 'kebutuhan' untuk menyakiti secara emosional, atau terkadang fisik, orang-orang terdekat disebabkan dua faktor yaitu:
- Pertama, karena merasa terlalu nyaman dengan mereka, sehingga tidak sungkan menunjukkan sisi terburuk dalam diri.
- Kedua, biasanya menimpa mereka yang merasa terbiasa tanpa dicintai. Maka, ketika ada yang menghujani dengan kasih sayang, mereka merasa tidak layak mendapatkannya dan muncul rasa tidak nyaman. Mereka pun akan mencoba untuk menyakiti atau melawan orang-orang yang menyodorkan cinta, sehingga dapat kembali ke status atau situasi sebelumnya.
Jika Anda mendengar kisah sakit hati yang dilakukan untuk orang-orang terdekat seperti orangtua, pasangan, teman dan saudara, mungkin akan merasakan keprihatinan. Tetapi bisa jadi Anda juga sebagai korban atau pelaku, tanpa menyadarinya. Menurut Salma, hal itu sering terjadi antarapasangan serta keluarga.
Kisah Orangtua dan anak : Anak-anak sering memanipulasi orangtua mereka untuk mendapatkan keuntungan. Seperti terkadang anak suka memaksa dalam meminta sesuatu karena sadar bahwa orang tuanya pasti akan memberi karena merasa disayangi. Jika tidak dihentikan lebih awal, dapat menyebabkan mereka tidak menghormati orangtuanya. "Perilaku buruk harus dicegah sejak dini," kata Salma seperti dikutip dari Times of India.
"Bahkan hal kecil seperti tidak menjawab pertanyaan orangtua harus dikoreksi sehingga mereka belajar untuk menghargai. Cobalah berkomunikasi dengan mata, nada bicara dan ekspresi wajah, termasuk mengatur emosi," Salma menambahkan.
Kisah cinta Pasangan: Pasangan juga seringkali menyakiti secara emosional. Terutama ketika perceraian bukanlah pilihan yang mudah. Contohnya jika seorang wanita usai 40 tahun pernah dua kali gagal dalam hubungan dan disakiti baik emosi ataupun fisik, ia akan sulit beradaptasi dengan hubungan yang positif. Hal itu bisa membuatnya selalu memicu konflik karena merasa rendah diri. Ia pun cenderung defensif dengan menempatkan dirinya dalam kondisi hubungan yang buruk.
Apakah anda mengalami hal serupa? saatnya buat merenung dan memperbaiki semuanya.
Source: vivanews.com
Blog editor: dr. Wahyu Triasmara
0 komentar:
Posting Komentar