Gangguan Tidur (Insomnia) Beresiko Meningkatkan Berat Badan (Obesitas)
>> Minggu, 22 Agustus 2010
Menurut hasil penelitian terbaru memperlihatkan bahwa perempuan setengah baya atau lebih yang memiliki masalah tidur cenderung bertambah gemuk dibandingkan perempuan sebaya yang cukup tidur.
Sejumlah studi telah mendapati bahwa orang dewasa dan anak-anak yang kurang tidur lebih mungkin untuk mendapatkan resiko kelebihan berat badan dibandingkan dengan mereka yang biasanya beristirahat penuh pada malam hari.
Sejumlah studi telah mendapati bahwa orang dewasa dan anak-anak yang kurang tidur lebih mungkin untuk mendapatkan resiko kelebihan berat badan dibandingkan dengan mereka yang biasanya beristirahat penuh pada malam hari.
Sedikit studi telah mengikuti perkembangan orang sepanjang waktu, tapi semua studi tersebut tak sependapat mengenai apakah pola tidur yang buruk berkaitan dengan bertambahnya lingkar pinggang.
Temuan baru itu, yang dilaporkan di International Journal of Obesity, memperkuat bukti bahwa gangguan tidur berkaitan dengan bertambahnya berat badan. Dalam kasus itu, rancangan studi tersebut memungkinkan para peneliti memperlihatkan bahwa gangguan tidur muncul lebih dulu daripada bertambahnya berat badan pada sebagian peserta studi.
Beberapa peneliti Finlandia mengikuti perkembangan lebih dari 7.300 orang dewasa yang berusia 40 sampai 60 tahun selama tujuh tahun. Mereka menemukan bahwa perempuan yang melaporkan gangguan tidur cukup berat biasanya mengalami pertambahan berat dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik.
Rata-rata sepertiga perempuan yang sering menghadapi gangguan tidur mengalami pertambahan berat sedikitnya 11 pon, sedangkan pertambahan berat terjadi pada seperlima perempuan yang tak mengalami gangguan tidur. Namun pria ternyata terbebas dari masalah itu. Gangguan tidur mereka tak berkaitan dengan bertambahnya berat badan.
Kaitan pada perempuan tersebut berlangsung terus bahkan ketika para peneliti memperhitungkan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan bertambahnya berat badan, termasuk berat badan peserta saat studi dimulai, kebiasaan olah raga mereka dan kesehatan mental serta fisik mereka secara umum.
Meskipun temuan itu tak membuktikan sebab-akibat, semuanya meningkatkan kemungkinan bahwa peningkatan kualitas tidur mungkin membantu mencegah bertambahnya berat badan secara mencolok, membuat peneliti Peppi Lyytikainen, dari University of Helsinkin, kepada Reuters Health melalui surat elektronik.
Sebanyak 7.332 pria dan wanita di dalam studi tersebut pertama kali disurvei antara 2000 dan 2002. Mereka yang mengatakan mereka memiliki gangguan tidur atau tetap terjaga setidaknya selama 14 malam dalam satu bulan belakangan diklasifikasikan sebagai "sering" mengalami gangguan tidur. Peserta studi itu juga melaporkan berat dan tinggi mereka selama survei pertama, lalu melaporkan lagi lima sampai tujuh tahun kemudian.
Pada awal studi, 20 persen perempuan "sering" memiliki gangguan tidur. Secara keseluruhan, studi tersebut mendapati perempuan itu lebih mungkin untuk melaporkan pertambahan "besar" berat badan 11 pon atau lebih pada akhir studi dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik. Namun 17 persen pria yang melaporkan gangguan tidur menghadapi lebih sedikit kemungkinan untuk mengalami pertambahan berat badan dibandingkan dengan mereka yang tak menghadapi kesulitan tidur.
Satu penelitian lain memang menyatakan bahwa gangguan tidur mungkin mempengaruhi tubuh dengan cara yang menambah berat tubuh, kata Lyytikainen. Misalnya, ada bukti bahwa kekurangan tidur mengubah tingkat hormon pengatur nafsu makan pada manusia, yaitu leptin dan ghrelin. Secara teori, perubahan tersebut membuat orang banyak makan. Namun tak diketahui apakah perawatan insomnia dan gangguan lain tidur memiliki manfaat tambahan bagi lingkar pinggang.
Temuan baru itu, yang dilaporkan di International Journal of Obesity, memperkuat bukti bahwa gangguan tidur berkaitan dengan bertambahnya berat badan. Dalam kasus itu, rancangan studi tersebut memungkinkan para peneliti memperlihatkan bahwa gangguan tidur muncul lebih dulu daripada bertambahnya berat badan pada sebagian peserta studi.
Beberapa peneliti Finlandia mengikuti perkembangan lebih dari 7.300 orang dewasa yang berusia 40 sampai 60 tahun selama tujuh tahun. Mereka menemukan bahwa perempuan yang melaporkan gangguan tidur cukup berat biasanya mengalami pertambahan berat dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik.
Rata-rata sepertiga perempuan yang sering menghadapi gangguan tidur mengalami pertambahan berat sedikitnya 11 pon, sedangkan pertambahan berat terjadi pada seperlima perempuan yang tak mengalami gangguan tidur. Namun pria ternyata terbebas dari masalah itu. Gangguan tidur mereka tak berkaitan dengan bertambahnya berat badan.
Kaitan pada perempuan tersebut berlangsung terus bahkan ketika para peneliti memperhitungkan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan bertambahnya berat badan, termasuk berat badan peserta saat studi dimulai, kebiasaan olah raga mereka dan kesehatan mental serta fisik mereka secara umum.
Meskipun temuan itu tak membuktikan sebab-akibat, semuanya meningkatkan kemungkinan bahwa peningkatan kualitas tidur mungkin membantu mencegah bertambahnya berat badan secara mencolok, membuat peneliti Peppi Lyytikainen, dari University of Helsinkin, kepada Reuters Health melalui surat elektronik.
Sebanyak 7.332 pria dan wanita di dalam studi tersebut pertama kali disurvei antara 2000 dan 2002. Mereka yang mengatakan mereka memiliki gangguan tidur atau tetap terjaga setidaknya selama 14 malam dalam satu bulan belakangan diklasifikasikan sebagai "sering" mengalami gangguan tidur. Peserta studi itu juga melaporkan berat dan tinggi mereka selama survei pertama, lalu melaporkan lagi lima sampai tujuh tahun kemudian.
Pada awal studi, 20 persen perempuan "sering" memiliki gangguan tidur. Secara keseluruhan, studi tersebut mendapati perempuan itu lebih mungkin untuk melaporkan pertambahan "besar" berat badan 11 pon atau lebih pada akhir studi dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik. Namun 17 persen pria yang melaporkan gangguan tidur menghadapi lebih sedikit kemungkinan untuk mengalami pertambahan berat badan dibandingkan dengan mereka yang tak menghadapi kesulitan tidur.
Satu penelitian lain memang menyatakan bahwa gangguan tidur mungkin mempengaruhi tubuh dengan cara yang menambah berat tubuh, kata Lyytikainen. Misalnya, ada bukti bahwa kekurangan tidur mengubah tingkat hormon pengatur nafsu makan pada manusia, yaitu leptin dan ghrelin. Secara teori, perubahan tersebut membuat orang banyak makan. Namun tak diketahui apakah perawatan insomnia dan gangguan lain tidur memiliki manfaat tambahan bagi lingkar pinggang.
source: hidupgaya.com
blog editor: dr. Wahyu Triasmara
0 komentar:
Posting Komentar