Memilih Mainan Anak Tidak Harus Mahal
>> Senin, 11 Oktober 2010
Jakarta, Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengajak anak bermain. Tapi menyayangi anak tidak harus dengan membelikannya berbagai mainan yang mahal.
"Tak perlu memberi anak mainan mahal, karena anak tidak mengerti merek, yang suka merek adalah orangtuanya," ujar Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak yang berpraktik di Pondoh Indah, dalam acara Smart Parents Conference di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (1/8/2010).
"Tak perlu memberi anak mainan mahal, karena anak tidak mengerti merek, yang suka merek adalah orangtuanya," ujar Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak yang berpraktik di Pondoh Indah, dalam acara Smart Parents Conference di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (1/8/2010).
Psikolog Vera menjelaskan bahwa ada tiga cara terbaik untuk mengajak anak bermain sekaligus menstimulasi agar otak anak berkembang tanpa mainan mahal, yaitu dengan:
- Merangsang otak dengan 5 penginderaan yang berguna sebagai modalitas pada anak, yakni visual (penglihatan), auditori (pendengaran), sentuhan, membaui dan mengecap.
- Belajar harus melibatkan gerakan
- Belajar harus dengan melibatkan emosi
Agar stimulasi dan kegiatan bermain mencapai hasil yang optimal, perlu ada kesesuaian antara ragam aktivitas bermain dengan tahap kemampuan berpikir anak.
Berdasarkan perkembangan usia, psikolog Vera menguraikan sejumlah tahap berpikir pada anak, yaitu:
0-2 tahun
Merupakan tahap sensori motor, yang terdiri dari sejumlah tahap berikut:
1. 1-4 bulan. Tahap Primary Circular Reaction.
Bayi akan melakukan aksi dan reaksi yang melibatkan tubuhnya sendiri. Pada usia ini, orangtua sebenarnya tak perlu membeli mainan bayi yang mahal. Cukup dengan melakukan baby gym, yaitu menggerak-gerakkan kaki dan tangan bayi, yang berguna untuk merangsang motoriknya.
2. 4-8 bulan. Secondary Circular Reaction
Pada usia ini, bayi biasanya melakukan aksi untuk mendapat respons dari orang atau objek, sehingga bayi cenderung akan mengulangi aksi yang sama.
Lakukan permainan yang akan merangsang kecerdasan audio visual. Misalnya, dengan menirukan suara bayi, bermain 'cilukba' yang bervariasi, mengajak bayi bubbling (menyebutkan kata yang sama, seperti 'mamama' 'bababa'), dan lainnya.
3. 8-12 bulan. Coordination of Secondary Schemes
Aksi bayi terhadap objek semakin bertujuan. Bayi juga mulai mampu melakukan antisipasi. Ajaklah bayi bermain
dengan benda yang sederhan, seperti bola-bola warna warni.
4. 12-18 bulan. Tertiary Circular Reaction
Bayi akan mulai memvariasikan aksinya. Ajak bayi bermain yang beragam, misal menyusun balok, bermain di pasir atau di air. Ini bisa merangsang indera peraba anak.
5. 18-24 bulan. Mental Combinations
Bayi sudah mampu menguasai bahasa dan konsep object permanence.
3-5 tahun
Ini merupakan tahap preoperational. Pada usia ini kemampuan motorik dan bahasa anak berkembang pesat. Kemampuan kognitif berupa fungsi-fungsi simbolis, berkembang melalui 3 cara:
- Meniru kembali, lewat bermain imitatif seperti main masak-masakan, dokter-dokteran dan lainnya.
- Bermain simbolis, yaitu dengan memahami identitas dan fungsi benda.
- Berbahasa
Pada tahap usia ini, anak sudah siap untuk masuk sekolah. Perbanyak mainan dengan bentuk geometris, seperti bola, lingkaran, persegiempat dan segitiga. Bentuk-bentuk geometris adalah dasar anak untuk bisa menulis huruf.
Ajarkan juga anak makan, mandi dan pakai baju sendiri. Untuk mengajarkan kemandirian tersebut juga bisa dengan bermain, tentunya dengan mainan yang sederhana.
Misalnya dengan menggunakan boneka yang mengenakan baju berkancing, mintalah anak membuka dan memakai kancing baju boneka, memandikannya dan lain-lain.
Kegiatan bermain tersebut dapat mengoptimalkan kecerdasan anak melalui stimulasi yang tepat terhadap kelima modalitas sensoris anak dan terhadap perkembangan kognitif.
source: detikhealth.com
Blog editor: dr. wahyu triasmara
0 komentar:
Posting Komentar