Waktu Sarapan Terbaik
>> Jumat, 10 Desember 2010
Kebiasaan menunda sarapan sangat tidak dianjurkan, apalagi tidak sarapan sama sekali meski tujuannya agar cepat kurus. Sarapan sesegera mungkin setelah bangun tidur akan lebih baik bagi metabolisme sehingga tubuh tidak cepat merasa lapar.
Terganggunya siklus metabolisme akibat tidak sarapan di pagi hari bisa menyebabkan hilangnya kendali atas rasa lapar. Akibatnya saat tiba waktunya makan siang, nafsu makan akan meningkat dan asupan makanan menjadi tidak terkontrol sehingga justru memicu kegemukan.
Terganggunya siklus metabolisme akibat tidak sarapan di pagi hari bisa menyebabkan hilangnya kendali atas rasa lapar. Akibatnya saat tiba waktunya makan siang, nafsu makan akan meningkat dan asupan makanan menjadi tidak terkontrol sehingga justru memicu kegemukan.
Pakar gizi dari IPB, Prof Dr Ir Made Astawan MS mengatakan pola makan yang sehat ditentukan oleh "3J" yakni Jadwal, Jenis dan Jumlah. Sarapan merupakan salah satu jadwal makan yang tidak boleh dilewatkan, sama pentingnya dengan makan siang dan makan malam.
"Idealnya dilakukan 1 jam setelah bangung tidur, karena pada waktu itu metabolisme paling mendukung. Makanya disebut breakfast atau breaking the fast (memutus puasa) setelah puasa makan selama tidur malam," ungkap Prof Made dalam pemaparan hasil penelitian "Second Meal Effect" di Kuningan Suites, Jakarta, Kamis (9/12/2010).
Mengenai jenis makanan untuk sarapan, Prof Made menyarankan yang memiliki indeks glikemik (IG) rendah seperti sayur dan buah-buahan atau IG menengah misalnya pisang dan nasi. Makanan dengan IG rendah akan membuat perut merasa kenyang lebih lama sehingga terhindar dari keinginan untuk ngemil.
Makanan dengan IG tinggi seperti roti dan terigu sebaiknya dihindari karena membuat perut lebih cepat lapar. Jenis makanan dengan IG tinggi hanya cocok dikonsumsi setelah beraktivitas fisik yang berat, sebab pada saat itu tubuh memang membutuhkan sumber energi yang cepat dicerna.
Untuk jumlah makanan saat harus disantap saat sarapan, tidak ada batasan yang pasti karena kebutuhan setiap orang berbeda tergantung usia, aktivitas dan berat badannya. Namun sebagai patokan Prof Made menyarankan 25 persen kebutuhan kalori harus terpenuhi saat sarapan.
"Kalau rata-rata dalam sehari orang butuh 2.000 kalori, maka paling tidak 500 kalori harus ada dalam menu sarapannya. Tidak usah terlalu banyak juga, nanti malah mengantuk karena energinya terkonsentrasi di sistem pencernaan," tambah Prof Made.
"Idealnya dilakukan 1 jam setelah bangung tidur, karena pada waktu itu metabolisme paling mendukung. Makanya disebut breakfast atau breaking the fast (memutus puasa) setelah puasa makan selama tidur malam," ungkap Prof Made dalam pemaparan hasil penelitian "Second Meal Effect" di Kuningan Suites, Jakarta, Kamis (9/12/2010).
Mengenai jenis makanan untuk sarapan, Prof Made menyarankan yang memiliki indeks glikemik (IG) rendah seperti sayur dan buah-buahan atau IG menengah misalnya pisang dan nasi. Makanan dengan IG rendah akan membuat perut merasa kenyang lebih lama sehingga terhindar dari keinginan untuk ngemil.
Makanan dengan IG tinggi seperti roti dan terigu sebaiknya dihindari karena membuat perut lebih cepat lapar. Jenis makanan dengan IG tinggi hanya cocok dikonsumsi setelah beraktivitas fisik yang berat, sebab pada saat itu tubuh memang membutuhkan sumber energi yang cepat dicerna.
Untuk jumlah makanan saat harus disantap saat sarapan, tidak ada batasan yang pasti karena kebutuhan setiap orang berbeda tergantung usia, aktivitas dan berat badannya. Namun sebagai patokan Prof Made menyarankan 25 persen kebutuhan kalori harus terpenuhi saat sarapan.
"Kalau rata-rata dalam sehari orang butuh 2.000 kalori, maka paling tidak 500 kalori harus ada dalam menu sarapannya. Tidak usah terlalu banyak juga, nanti malah mengantuk karena energinya terkonsentrasi di sistem pencernaan," tambah Prof Made.
source: detikhealth.com
blog editor: dr. wahyu triasmara
0 komentar:
Posting Komentar