Fenomena Kesurupan, Medis atau Mistis ?

>> Senin, 01 November 2010

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij-rJatsxjm8M30N675taAk2GIEHigKJZyTxq48Xhfh4htQGSqrh4_QJFZ-NKxUoNasAB1UjOLfMwpzpOwL7lZf03fTR9GOWXLQdXtFC9uVRIlKX1XviZl5QzctYS6mBh3G1xtNV0NMJvb/s320/foto+kesurupan.jpgKesurupan dalam istilah medisnya disebut dengan Dissociative Trance Disorder (DTD). Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasusnya lebih banyak dijumpai di negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur daripada bagian barat.

Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 hingga 4 persen dari populasi umum.

Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Banyak orang mengatakan kesurupan disebabkan oleh suatu roh atau kekuatan, namun dalam dunia medis hal-hal seperti itu tidak dikenal.

Beberapa pakar psikiater menyebutkan tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar sebagai biang penyebab kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, kesenjangan yang sangat mencolok dan lainnya adalah beberapa contoh tekanan tersebut.

Seperti dikutip dari Psychnet, Senin (22/2/2010), ada beberapa gejala yang biasanya menyerang orang kesurupan diantaranya:
  1. Bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya
  2. Hilang kesadaran akan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri
  3. Sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama
  4. Perubahan nada suara
  5. Kesusahan berkonsentrasi
  6. Kadang-kadang hilang ingatan
Kondisi seperti itu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti spiritual, sosial, psikologi dan lainnya. Dengan melakukan screening dan pemeriksaan secara keseluruhan, faktor penyebabnya pun bisa diketahui.

Sementara kesurupan massal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi massal dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti.

Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk.

Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya, melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.

Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali.

Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin karena perempuan lebih bersifat gampang dipengaruhi dibanding laki-laki.

Namun, meski kesurupan tergolong sebagai sebuah kondisi medis, tapi faktor mental yang terganggu bisa mengundang energi asing masuk dalam tubuh dan menyebabkan gejala kesurupan.

“Kesurupan itu artinya aura tubuh sedang dipengaruhi energi asing, khususnya energi infra merah yang tidak dapat dilihat kasat mata oleh manusia,” kata Dr Erwin Kusuma, SpKJ, psikiater dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta saat dihubungi detikhealth, Senin (22/2/2010).

Menurut Dr Erwin, sesuatu yang punya energi itu artinya masih berjiwa. “Roh sudah tidak berenergi karena sudah tidak memiliki jiwa, tapi makhluk halus belum tentu. Banyak makhluk halus yang masih mengeluarkan materi dan energi inframerah,” jelasnya.

Sedikit berbeda dengan pakar lainnya, Dr Erwin percaya bahwa penyebab kesurupan berasal dari mental yang dimasuki energi asing dan tidak ada hubungannya dengan masalah-masalah fisik seperti kurang gizi dan lainnya.

Energi asing menurut Dr Erwin bisa berasal dari lingkungan sekitar dan bisa dicek menggunakan foto aura. “Jadi kesurupan bukan berarti ada gangguan di otaknya tapi lebih pada gangguan di mentalnya. Ibarat komputer, otak itu hanya printer-nya saja tapi yang mempengaruhinya adalah jiwa,” ujarnya.

Menurut dokter yang membuka praktik di kawasan Cempaka Putih Jakarta ini, kesurupan bukan hanya sebuah peristiwa fisik tapi lebih pada penurunan daya tahan mental. “Stres dan gangguan lainnya mungkin bisa mempengaruhi tapi itu bukan faktor utamanya. Penyebab utamanya itu karena mentalnya memang sedang tidak kuat,” jelasnya.

Kesurupan biasanya berbeda dengan histeria. Jika histeria hanya mengeluarkan teriakan-teriakan dan tidak mengubah jenis suara, tapi kesurupan bisa mengubah pita suara. “Bisa jadi suaranya berubah menjadi suara laki-laki padahal ia seorang perempuan atau juga sebaliknya,” kata Dr Erwin.

Banyak orang yang mendatangi ahli spiritual atau orang pintar untuk menyembuhkan orang kesurupan. Memang tidak ada salahnya karena setiap orang sebenarnya punya kemampuan mempengaruhi kejiwaan seseorang yang bermasalah.

Namun sebenarnya hanya dokter yang berkompetensi saja yang benar-benar bisa mengatasi gejala kejiwaan dengan sempurna. Hipnoterapi adalah salah satu bentuk terapi yang biasa digunakan para psikiater untuk untuk meningkatkan ketahanan mental dan mengatasi gangguan kesurupan.

“Yang harus dilakukan adalah memperkuat benteng aura kejiwaan agar mentalnya kuat dan tidak bisa dimasuki energi asing yang negatif,” ujar Dr Erwin

Dr Erwin menambahkan, orang dengan gangguan mental biasanya akan terlihat dari IQ-nya yang rendah, cara berbicara serta penampilannya yang beda. Selain itu, tenggorokannya juga sering merasa kering dan selalu ingin minum terus, tangannya basah dan kakinya terus goyang-goyang.

Selain dengan terapi kejiwaan atau hipnoterapi, psikiater juga biasanya melakukan pengobatan dengan jalan farmakoterapi (obat). Seperti dikutip dari Psychnet, Senin (22/2/2010), obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah kejiwaan adalah obat jenis antipsychotics, antara lain:
  1. Chlorpromazine (Thorazine)
  2. Thioridazine (Mellaril)
  3. Trifluoperazine (Stelazine)
  4. Thiothixene (Navane)
  5. Fluphenazine (Prolixin)
  6. Haloperidol (Haldol) (dirangkum dari detik.com)



source: holistikasaya.wordpress.com
blog editor: dr. wahyu triasmara

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP