Benarkah Tidak Semua Olahan dari Bahan Dasar Kedelai Baik (Tempe, Tahu, Susu kedelai)

>> Minggu, 08 Agustus 2010

http://4.bp.blogspot.com/_ivNrq2zStVY/S0GYnv1eQ2I/AAAAAAAAAjc/2RWAqYH9pb8/s320/produk+hasil+dari+kedelai.jpgTahu dan tempe begitu populer sebagai makanan murah yang kaya gizi. Kandungan rendah lemak dan tinggi asam lemak omega 3 dalam bahan baku utamanya, yakni kedelai, banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh.

Pakar gizi dari Rumah Sakit St George, London, Catherine Collins, mengatakan, nutrisi yang terdapat dalam kedelai baik untuk menjaga kesehatan jantung. Tak heran jika tempe tersaji dalam menu diet penderita jantung.

Catherine menambahkan, biji kededai juga mengandung tujuh asam amino penting yang dibutuhkan untuk menjaga dan memperbaiki gangguan jaringan tubuh, mulai dari otot hingga rambut.

Namun, di balik manfaat kedelai, perlu kejelian dalam mengonsumsinya. Pastikan kita mengonsumsi makanan berbahan kedelai yang telah terfermentasai untuk mendapat manfaatnya. Produk terfermentasi adalah produk kedelai yang aman dan sangat baik buat kesehatan seperti tempe, kecap, miso, dan kecambah kedelai.

Sementara makanan berbahan kedelai yang belum terfermentasi seperti tahu dan susu kedelai (sebaiknya pilihlah susu yang sudah diolah oleh pabrik yg terpercaya), dianggap rentan mengandung zat berbahaya yang mengancam kesehatan tubuh. Kedelai nonfermentasi rentan menghambat pencernaan protein, menahan penyerapan mineral, dan mengganggu metabolisme. 

Kandungan genistein dan daidzein, yang menyerupai hormon estrogen juga dapat mempengaruhi kesuburan. Studi di Amerika juga menemukan kandungan isoflavone dalam kedelai nonfermentasi yang justru memperburuk kondisi pengidap kanker payudara. Isoflavone berpotensi merangsang sel tumor payudara untuk membelah dan berkembang biak.

Bagi setiap perempuan pasti akan mengalami menopause. Namun jangan khawatir, karena Anda tetap bisa tampil sehat dan cantik setelah menopause. Salah satunya adalah dengan rajin mengonsumsi tempe.

Menopause merupakan suatu proses penuaan alami dalam kehidupan seorang perempuan. Hal ini disebabkan oleh proses penuaan pada ovarium yang merupakan proses alami, maupun proses 'buatan' seperti operasi pengangkatan indung telur yang umumnya terjadi pada wanita berusia 46 - 52 tahun.

Pada masa sebelum atau sesudah penghentian menstruasi tersebut terdapat suatu interval yang disebut perimenopause, dimana terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan siklus haid menjadi tak teratur dan mulai muncul tanda-tanda kekurangan hormon wanita (estrogen).

Meski menopause adalah hal yang alami, menurut dr. Med. Ali Baziad, SPOG-KFER, "penderitaan" sebelum dan setelah menopause-lah yang tidak alami. "Selama ini ada anggapan di masyarakat bahwa keluhan menopause merupakan suatu hal yang alami dan pasti terjadi pada setiap perempuan. Akibatnya, mereka kurang peduli dan merasa tak perlu terapi. Padahal sebetulnya keluhan menopause bisa diatasi, lho," tuturnya.

Keluhan jangka panjang perempuan yang mengalami menopause meliputi osteoporosis atau pengeroposan tulang, penyakit jantung koroner, pikun dan stroke.

Kok bisa? "Hal ini terjadi karena pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh seorang perempuan mengalami fluktuasi, sehingga menyebabkan keluhan jangka pendek. Kadar estrogen tersebut nantinya akan mengalami penurunan sampai mencapai titik terendah yang akan meningkatkan risiko kardiovaskular (jantung) dan osteoporosis," jelas Baziad.

TERAPI SULIH HORMON
Namun, tak perlu khawatir, karena gejala-gejala tersebut dapat dicegah dengan melakukan diet, olahraga, serta pemberian suplemen, semisal kalsium. Selain melalui pencegahan, menopause juga dapat ditangani dengan pengobatan. Salah satunya adalah dengan menggunakan terapi sulih hormon (TSH).

Terapi ini merupakan salah satu cara untuk memulihkan kadar hormon yang menurun pada menopause, yaitu dengan memberikan obat-obat yang mengandung satu atau lebih jenis hormon (estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron). Namun, terapi ini kurang populer di masyarakat negara-negara berkembang, karena ketakutan akan efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan jangka panjang, selain harga yang relatif mahal.

Adanya ketidakpuasan dan ketakutan terhadap TSH ini melatarbelakangi pengembangan pendekatan alternatif penanganan menopause, yaitu dengan pemberdayaan gaya hidup sehat dan natural, antara lain berupa diet fitoestrogen.

"Fitoestrogen merupakan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai struktur kimia dan aktivitas biologis yang menyerupai hormon estrogen dalam tubuh," jelas Baziad. Salah satu jenis fitoestrogen yang banyak diteliti pengunaannya adalah isoflavon, yaitu fitoestrogen yang berasal dari protein soy (kedelai) dan memiliki efek menyerupai estrogen alami, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause. Karena berasal dari alam, isoflavon relatif sangat aman.

Menurut Baziad, isoflavon mempunyai keuntungan, antara lain tidak menyebabkan kanker payudara, melindungi jantung dari penyakit jantung koroner (PJK), mencegah osteoporosis dan hot-flushes, tidak menurunkan daya ingat, sebagai antioksidan, mengencangkan payudara dan tetap menstabilkan fungsi ginjal. "Isoflavon tidak menyebabkan kanker payudara ataupun kanker rahim, malah sebaliknya memberikan efek protektif terhadap kedua organ tersebut." Selain itu, isoflavon kedelai juga memperbaiki fungsi berpikir yang mencegah pikun.

Berbeda dengan TSH yang berasal dari hormon si perempuan itu sendiri dan diberikan sesudah mengalami menopause, isoflavon bisa digunakan sebelum seorang perempuan mengalami menopause.

SEHAT DENGAN TEMPE
Dibanding dengan penggunaan TSH yang mahal karena harus diminum setiap hari, isoflavon relatif lebih murah, mudah didapat dan tidak mempunyai efek samping. Anda dapat mendapatkan sumber isoflavon alami pada tumbuh-tumbuhan misalnya kacang merah, kecambah atau kedelai. Kacang kedelai dapat memperbaiki lipoprotein dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol jahat, karena tidak mengandung kolesterol.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein kedelai mempunyai efek menurunkan kolesterol. Salah satu contoh makanan yang gampang ditemui sekaligus mengandung isoflavon tinggi adalah tempe. Tentu ada syaratnya. "Kalau pingin mendapat manfaat isoflavon dari tempe, sebaiknya tempe tersebut diolah dengan cara direbus atau dikukus. Kalau digoreng, manfaatnya akan berkurang, karena minyak yang digunakan untuk menggoreng dapat menambah kadar kolesterol dalam darah," ujar Baziad. Ya, Anda harus pintar-pintar mengolah produk kedelai ini agar khasiatnya terasa. Anda juga bisa membuat olahan sayur dari tempe atau dibacem.

Bagaimana dengan susu kedelai? "Kadar isoflavon dalam susu kedelai malah rendah. Selain itu, kadar kolesterolnya pun telah tinggi, sehingga efek positifnya menurun," tambahnya.

Untuk isoflavon alami ini tidak ada patokan berapa gram yang harus dikonsumsi setiap harinya. Juga bisa dikonsumsi kapan saja. Efek samping fitoestrogen pun hingga saat ini belum ditemukan.

Bila Anda tak punya banyak waktu untuk mengolah tempe, Anda bisa menggunakan cara yang lebih praktis, yaitu dengan mengonsumsi kapsul isoflavon yang kini telah dijual di pasaran. Kapsul isoflavon mengandung 50 mg isoflavon. Dari hasil uji coba, 1 cangkir kedelai bermutu bagus setara dengan 25 mg kapsul isoflavon.

Bagaimana dengan efek samping fitoestrogen dalam bentuk kapsul? "Hingga saat ini belum ada pasien yang melaporkan dan belum ada keluhan apa-apa. Jadi, terserah pasien, mau pilih yang alami atau yang praktis," tutur Baziad. Jadi, untuk tampil cantik dan sehat di masa menopause ternyata tidak sulit, bukan? Tak ada salahnya mulai sekarang Anda memperbanyak konsumsi tempe.

Kebanyakan orang paham bahwa kedelai mengandung protein tinggi, tapi banyak yang belum tahu bahwa kedelai adalah sumber utama isoflavon, yang telah terbukti memiliki sejumlah manfaat bagi tubuh. "Salah satunya terbukti mampu mengurangi garis-garis dan kerutan pada wajah dan mencegah penuaan dini," Profesor Dr Ir Deddy Muchtadi, MS, ahli pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor, memaparkannya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis lalu.

Profesor Dr dr Prasetyowati Subchan dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universitas Diponegoro, Semarang, mengatakan penuaan terjadi akibat penurunan kadar hormon atau disebut neuro endokrin. Artinya, dengan bertambahnya usia, kadar hormon menurun dan kemampuan memperbaiki diri mulai turun, termasuk kulit.

Prasetyowati menambahkan, proses penuaan bisa terjadi akibat radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada kulit. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti sinar matahari, angin, suhu, polusi, alkohol, kopi, stres, ataupun penyakit menahun. Ironisnya, proses penuaan kulit sudah dimulai ketika seseorang menginjak usia 25 tahun. "Karenanya, dibutuhkan asupan estrogen nabati untuk mencegah keluhan akibat proses penuaan dini," ucapnya.

Nah, ternyata estrogen berpengaruh banyak terhadap kulit, seperti pada mitosis sel keratinosit, firoblas untuk mensintesis kolagen, elastin dan substansia yang menjadi dasar makroprotein, perdarahan dermis yang memberi nutrisi untuk epidermis, serta produksi kelenjar minyak yang menjaga kelembapan kulit.

Prasetyowati menyebutkan salah satu solusi untuk jumlah hormon yang berkurang itu dengan asupan fitoestrogen--jenis estrogen dari tumbuh-tumbuhan. Nah isoflavon merupakan salah satu fitoestrogen yang menyerupai hormon estrogen sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen. Dia menambahkan, isoflavon kedelai yang bertaut dengan reseptor estrogen akan memacu fibrosit untuk memproduksi glikosaminolikan dalam lapisan kulit yang akan menahan kadar air. Selain itu, isoflavon dari kedelai ini dapat menjaga keseimbangan hormonal sehingga berbagai perubahan pada kulit dapat dihambat. Selain itu, kandungan ini berfungsi sebagai antioksidan. Isoflavon dari bahan kedelai dapat menggantikan hormon sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan sintesis kolagen tipe II, ketebalan epidermis, dan faktor kelembapan alami.

Penelitian tentang khasiat isoflavon kerap dilakukan. Penelitian di Jepang terhadap 26 responden wanita berusia 30-40 tahun mengungkapkan bahwa konsumsi isoflavon selama tiga bulan ternyata mampu menahan kondisi kerutan sehingga tidak menjadi parah serta memperbaiki kekenyalan kulit.

Di dalam negeri, penelitian yang dilakukan Prasetyowati mengungkapkan, konsumsi isoflavon kedelai 160 miligram per hari selama tiga bulan pada 30 wanita pramenopause dapat menghambat panjang telomer sebagai tolak ukur jam penuaan dan meningkatnya kelembapan kulit. Para partisipan diberi kapsul berisi ekstrak isoflavon kedelai tempe selama tiga bulan, tepung kedelai dengan takaran 40 miligram empat kali sehari, sehingga totalnya 160 mg per hari Hasilnya, proses penuaan dapat dihambat. Selain itu, asupan tersebut dapat mempertahankan kelembapan kulit atau mengurangi risiko kulit kering.
Prasetyowati menyarankan agar kaum perempuan tidak ragu mengkonsumsi kedelai dan produknya serta berdiet dengan mengkonsumsi fitoestrogen untuk menjamin kulit sehat sekaligus memperlambat proses penuaan. Namun, bukan sembarang camilan dengan bahan dasar kedelai. Deddy mengatakan pentingnya memperhatikan proses pengolahan kedelai. "Seperti tempe dan tahu yang digoreng, kandungan isoflavonnya sudah hilang," katanya.

Deddy menawarkan solusi, yakni menghancurkan atau mengukus makanan tersebut. Menurut dia, tempe atau tahu yang masih baru dan segar bisa langsung dihaluskan menggunakan blender. "Setiap hari saya selalu mengkonsumsi tempe yang dihancurkan dengan blender. Agar tidak bosan, saya mencampur dengan sirop atau air jeruk," ucapnya. (fn/vs/km/tm)
  

blog editor: dr. Wahyu Triasmara

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP