Belajar EKG bagian III: Menghitung denyut jantung, EKG Normal, Contoh Aritmia, Membedakan Aritmia atau Dysritmia

>> Sabtu, 10 April 2010


I. Cara Menghitung Denyut Jantung
Menghitung heart rate merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh interpreter EKG. Banyak sekali cara untuk menghitung denyut jantung atau heart rate. Kalau anda sudah paham dan mengerti tentang topik kertas EKG, anda akan mudah sekali dalam mempelajari topik ini.

Saya hanya akan memberikan 3 cara yang mudah dalam menghitung denyut jantung, yaitu :



1. Menggunakan kotak sedang/besar

Cara ini khusus untuk gambaran EKG dengan irama regular. Anda ambil RR interval dari lead mana saja, yang penting Gel R nya jelas. Dari RR interval itu, anda hitung berapa jumlah kotak sedang/besarnya. Setelah itu, 300 dibagi jumlah kotak sedang yang anda dapatkan dari RR interval tersebut. Jadi rumusnya 300 dibagi jumlah kotak sedang antara RR interval atau Anda bisa menghitungnya langsung seperti gb 26 dibawah ini.










 



Gb: 26


2. Menggunakan kotak kecil

Cara ini juga khusus untuk irama EKG yang regular. Cara ini sangat akurat atau tepat, tapi membutuhkan waktu yang agak lama. Caranya sama dengan cara pertama tadi, cuma anda harus mencari jumlah kotak kecil antara RR interval tadi. Setelah itu, 1500 dibagi jumlah kotak kecil yang anda temukan diantara RR interval tadi. Jadi rumusnya, 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara RR interval.

3. Menggunakan 6 detik

Cara ini bisa digunakan untuk gambaran EKG yang regular maupun irregular. Ventrikel ekstra sistole atau komplek QRS yang abnormal adalah tetap kita namakan sebagai komplek QRS yang harus kita hitung pada perhitungan frekfensi jantung menggunakan cara ini.

Caranya dengan memilih lead EKG strip yang panjang dan jelas (biasanya di lead II) Hitung komplek QRS dalam 6 detik. Berapa jumlah komplek QRS yang anda temukan, kemudian kalikan dengan 10. Perhatikan contoh EKG strip (gb :27), dalam 6 detik ditemukan normal beat sebanyak 7, jadi heart ratenya 7x10= 70x/menit. Anda juga bisa menggunakan 3 detik atau berapa saja, yang penting anda kalikan hasilnya 60. Kalau 3 detik, berarti jumlah normal beat yang anda temukan dikalikan 20.





Gb : 27


II. EKG Normal
EKG adalah salah satu test diagnostik yang juga mempunyai nilai normal sendiri, dimana untuk menentukan nilai normal pada EKG memerlukan analisis yang tepat. Sinus Rhytm adalah nilai normal atau parameter normal sebuah EKG, walaupun dalam prakteknya banyak sekali variant-variant normal EKG yang nanti akan anda temukan. Dimana variant-variant normal yang anda temukan tersebut tidak persis atau tidak sama dengan kriteria normal EKG yaitu sinus rhytm. Anda tidak perlu risau memikirkanya, karena saya sudah memberikan semua dasar tentang EKG, sehingga anda terus maju untuk menjadi seorang interpreter EKG yang handal.

Adapun kriteria normal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :

Irama regular
Frekwensi antara 60-100x/menit
Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama.
Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T
Gelombang P wajib positip di lead II
Gelombang P wajib negatif di lead aVR
Komplek QRS normal (0,08 - 0,11 detik)

Saya tegaskan kembali untuk tidak menghafal,tapi anda harus memahami bagaimana proses terjadinya EKG normal. Karena dalam prakteknya anda tidak hanya menghadapi satu atau dua lead saja dalam menginterpretasi EKG, tapi anda akan menghadapi 12 lead EKG.

Seperti yang telah saya katakan pada topik aksis jantung, bahwa setiap positip elektroda yang dituju oleh arah depolarisasi (yg digambarkan oleh aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan defleksi positip. Begitupun sebaliknya, apabila elektroda positip dijauhi oleh arah depolarisasi (aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan negatif defleksi.

Saya juga menegaskan bahwa untuk mengevaluasi aksis jantung ( arah depolarisasi rata2) yang terjadi dalam sistem konduksi jantung dengan menggunakan aksis jantung di ventrikel. Mengapa otot atrium tidak di gunakan? karena otot atrium tipis sehingga gambaran EKGnya yang berupa gel P kadang susah sekali untuk di ukur. Makanya untuk mengevaluasi aksis jantung digunakan arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung yang terjadi di ventrikel. Anda tidak usah bingung, karena arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung di otot atrium hampir sama arahnya dengan yang di ventrikel. Pegangan kita adalah sistem hexaxial reference, dimana normal aksis jantung utama mengarah ke sudut antara + 40 degree sampai +60 degree.

Impuls yang dikeluarkan oleh SA node, setelah selesai melakukan depolarisasi otot atrium, impuls akan mengarah ke AV node dan bundle his. Anda harus tahu juga kalau bundle his punya 2 cabang yaitu kiri dan kanan, dimana bagian kiri lebih kuat impulsnya dari sebelah kanan. Untuk mendepolarisasi otot ventrikel akan dilakukan oleh kedua cabang bundle his (kanan & kiri), oleh karena cabang bundle his kiri lebih kuat impulsnya, maka arah depolarisasi akan mengarah ke kanan untuk mendepolarisasi otot septum dan otot ventrikel kanan, setelah selesai arah depolarisasi mengarah ke otot ventrikel kiri. (Lihat gambar 28 & 29).












Gb : 28

klik this picture!!!











Gb : 29

Seperti yang terlihat digambar 30, dimana anda bisa melihat contoh real dari normal 12 lead EKG pada jantung sehat yang terekam dari denyut jantung yang sama oleh beberapa sandapan.
Di lead II yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi positip(1)
Di lead aVR yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi negatif(2)
Di lead V1 yaitu tampak gel r kecil (3) gelombang S yang dalam serta gel T(4) bisa defleksi positip, datar, atau negatif.
Di lead V2 yaitu ST dan T (5)sedikit elevasi, dimana akan kembali pada zero line atau isoelektrik pada lead berikutnya.
Di lead V3 tampak gel R dan gel S hampir sama(6), dimana dilead ini adalah normal perputaran arah depolarisasi dari kanan ke kiri. Di lead ini biasa dikenal dengan daerah transition zone.
Di lead V5 (sebagai contoh saja) karena bisa anda lihat di lead yang lain juga. Adalah titik akhir gelombang S atau yang biasa dikenal dengan titik J junction(7).
Di lead V6 tampak q kecil (8) yang merupakan opposite dari gambaran defleksi positip yang berupa r kecil. Lihat gb 30


Klik this picture!








Gb : 30


III. Contoh Aritmia EKG dengan Kriterianya

  a) SA Node (klik disini) 
  b) Otot atrium (klik disini)
  c) Junctional Region (klik disini) 
  d) Ventrikel Region (klik disini) 


IV. Aritmia Atau Dysritmia 
Seperti yang sudah saya katakan pada topik sebelumnya bahwa normal EKG dinamakan sinus rhythm, sedangkan aritmia atau dysritmia adalah gangguan irama pada bioelektrikal jantung baik itu terjadi karena adanya gangguan pembentukan impuls atau gangguan pengahantaran impuls yang semua ini sebabkan oleh suatu penyakit yang terjadi pada sel pacemaker jantung atau pada sistem konduksi. Aritmia atau dysritmia bisa juga di sebabkan karena proses fisiologi jantung sendiri atau pengaruh obat-obatan.

Jadi apapun gambaran yang anda temukan saat menginterpretasi 12 lead EKG bila diluar kriteria normal EKG atau sinus rhythm dinamakan aritmia atau dysritmia.
Banyak sekali macam-macam nama aritmia yang kadang membingungkan bagi yang mempelajari EKG, karena tidak semua dokter akan sama dalam menulis hasil interpretasi mereka. Sebenarnya ini bukan masalah yang sulit jika anda sudah mengerti dari topik-topik yang telah saya tulis sebelumnya. Dan perlu anda ketahui juga bahwa tidak semua aritmia bisa menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien, akan tetapi dengan munculnya aritmia menandakan adanya gangguan pada organ jantung itu sendiri atau akan berpengaruh pada organ jantung. Jadi apabila aritmia diabaikan maka akan berubah menjadi aritmia yang bisa menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien.

Sebelum saya menjelaskan secara detail tentang aritmia, saya ingin sedikit menyegarkan ingatan anda tentang pacemaker dan sistem konduksi jantung. SA node adalah sumber utama normal pacemaker, dimana impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar ke seluruh sel-sel otot atrium melalui lintasan khusus (tractus nodal), setelah semua otot-otot atrium terdepolarisasi yang menyebabkan atrium berkontraksi, impuls akan diteruskan AV node melalui sistem konduksinya yaitu bundle his dengan cabangnya, kemudian diteruskan ke furkinje fiber untuk mendepolarisasi otot-otot ventrikel yang menyebakan otot ventrikel berkontraksi.

Apabila impuls utama berasal dari luar SA node, atau terjadi perlambatan/percepatan pada sistem konduksi, atau adanya bypass konduksi, ini semua akan menyebabkan gambaran EKG yang berbeda dengan normal EKG atau dinamakan aritmia/dysritmia.

Pembagian Region Arythmia dan Dysritmia
 
SA Node ------> Sinus Bradikardia, Sinus Takikardia, Sinus Aritmia, Sinus Arrest, Sinus blok.
Otot Atrium -----> Atial Ekstra sistole (AES),Atrial escape beat. Atrial Fibrilation (AF), Atrial Flatter (AFl), Atrial Takikardia, Multifokal Atrial Takikardia (MAT), Paroksimal Atrial Takikardia (PAT),
Wandering Atrial Pacemaker.

Junction Region ( AV node & sekitarnya) ----> Junctional Rhytm, Junctional Takikardia, Accelerated Junctional, Slow Junctional, Junctional Ekstra sistole, Junctional escape beat, Supraventrikular Takikardia, AV blok first degree, AV blok 2nd degree, Total/komplit AV blok, WPW (wolff parkinson white) Syndrome.

Ventrikel Region -----> Idioventrikuler Rhytm, Accelerated Idioventrikuler, Ventrikel Takikardia, Ventrikel Fibrilasi, Ventrikel ekstra sistole, Torsade de pointes, LBBB (left bundle branch block), LAHB(left anterior hemi block), LPHB (left posterior hemiblock), RBBB ( right bundle branch block).
(note : ingat !! obati pasien bukan EKGnya)
 


Lanjut Belajar EKG bagian IV ... 




source: blog abu nazmah

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP